Mendengar berita bahwa Indonesia adalah Negara ke2 penyumbang sampah terbesar hingga 187,2 juta ton di dunia adalah sebuah challenge kita sebagai masyarakat Indonesia untuk merubah mindset mengenai sampah bukan? Permasalahan mengenai pengelolaan sampah di negeri ini memang klasik, sepele namun belum juga terselesaikan. Terutama sampah plastic yang menjadi pengunaan sumber utama dalam rutinitas masyarakat Indonesia. bisa dilihat bukan bagaimana rutinitas belanja dipasar, dimall, jajan pinggir jalan, naik gunung, jalan-jalan, dsb tidak jauh dari kata plastic, bahkan di rumah pun kita pasti ada banyak barang berbahan plastic terutama di dapur.
Seiring dengan berjalannya waktu plastic menjadi salah satu sampah utama yang perlu ditanggulangi pengolahannya, terlebih karena plastic memerlukan waktu lama untuk dapat terurai hingga mencapai 10-20 tahun. Belum lagi, pemusnahaan sampah terkadang dengan cara dibakar yang pada akhirnya akan memperburuk kesehatan. Untuk itu, diperlukan prinsip 3R reduce (mengurangi), Reuse (Menggunakan Kembali) dan Recycle (Mendaur Ulang). Banyak sekali saat ini cara mengenai mendaur ulang plastic. Seperti misalnya pada acara workshop pada 19 agustus 2019 kemarin bersama KAO Indonesia, Indo Relawan, Yayasan Sanggar Gambar Ananda dan Kang Pisman dalam rangka mendorong generasi penerus untuk semakin peduli terhadap lingkungan, KAO Indonesia menyelenggarakan Pameran lukisan anak Indonesia dengan tema LET’S ECO TOGETHER, bersama ayo ramah lingkungan. Dalam acara tersebut banyak sekali sharing session mengenai lingkungan, stigma komsumsi produk yang selalu kita pakai setiap hari ataupun bagaimana cara kita sebenarnya mampu merecycle sampah bekas produk tersebut.
Nah, kali ini Ecobrick menjadi salah satu cara lain untuk meminimalisir sampah-sampah plastic selain mengirimnya ke landfill (pembuangan akhir). Ecobrick mampu memberikan kehidupan baru bagi limbah plastic, dimana dengan ecobrick kita memiliki kesempatan untuk dapat mengubah plastic menjadi lebih berguna. Karakterisktik plastic longevity dan durability yang semula sangat bermasalah, saat ini malah menjadi sesuatu yang dicari. Dengan Ecobrick, sampah-sampah plastic ini akan tersimpan terjaga didalam botol. Biasanya ecobrick digunakan utnuk furniture, perbaotan indoor, ruang kebun, dinding struktur. Terlebih cara membuat ecobrick sangat mudah tidak sesulit membuat skripsi yang pengambilan datanya terkendala oleh masalah internal ataupun dosen pembimbing killer dan perfeksionis.
lalu bagaimna cara membuatnya? Siapkan botol plastic kosong yang sebelumnya sudah dikeringkan agar sampah ecobrik dalam botol tidak berbau. Untuk ukuran botol plastic sendiri bervariasi, tergantung pemanfaatan ecobrick nantinya. Dibutuhkan tongkat kayu/stick drum untuk memasukkan sampah-sampah plastic ke dalam botol hingga padat.
Kemudian sampah yang cocok dimasukkan kedalam ecobrick seperti, bungkus makan berbahan plastic, straw, dsb yang berbahan plastic. Pastikan agar sampah dalam keadaan kering dan bersih sebelum akan dimasukkan agar menghindari bakteri tumbuh di dalam botol ecobrik.
Setelah sampah dimasukkan tekan menggunakan tongkat kayu dan pastikan bahwa seluruh rongga botol penuh dan padat merata. Ini membantu memastikan botol ecobrik tidak memiliki rongga dan sifat yang padat seperti balok beton dan juga kevalidan hasil karya ecobrik nanti setelah dibuat. Biasanya satu botol ecobrick ukuran 1.5 liter memiliki berat rata-rata 0,5 hingga 1 kg ataupun jika botol ukuran 600 ml biasanya memiliki berat 250 g. (tergantung isi sampah dan botol ecobrick.
Yuk mulai mari kita buat perubahan nyata untuk Indonesia. kita buat limbah plastic lebih guna dan memiliki nilai jual.