Spectacular Granite Landscape on Southeast Asia’s Tin Belt begitulah slogan dari kawasan destinasi pariwisata Pulau Belitung yang mengedepankan Geopark-nya atau yang dikenal dengan Belitong Geopark. Badan Manajemen Belitong Geopark dikelola oleh kedua pemerintahan administratif di kasawan Pulau Belitung, yaitu Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur. Beberapa capaian yang telah didapat oleh Belitong Geopark seperti menjadi Geopark Nasional dan melangkah menuju jaringan Global Geopark UNESCO, membawa Pulau Belitung menjadi tujuan pariwisata pilihan yang mulai dipandang baik secara nasional dan ataupun global. Bukan pertama kalinya untuk Pulau Belitung dalam menghadapi pertumbuhan kedatangan wisatawan, tahun 2009-2010, popularitas Belitung sebagai destinasi wisata melesat setelah film Laskar Pelangi diputar dan ditonton 4,5 juta orang, sehingga Belitung banyak dikunjungi wisatawan. mendatangkan maskapai-maskapai ternama untuk bisa landing di kawasan ini, seperti Garuda Indonesia Group dan Lion Group serta pada tahun ini dengan adanya pengembangan pariwisata geopark, menarik Air Asia untuk mendaratkan pesawatnya dari Malaysia dan Jakarta.
Selebihnya fenomena alam gerhana matahari total pun ikut andil dalam penyebaran eksistensi Pulau Belitung ini. 9 Maret 2016, enam tahun setelah “Belitung” naik dengan film-induce tourism-nya, letak geografis Belitung menjadi salah satu dari kedua belas provinsi di Indonesia yang dilewati oleh fenomena gerhana matahari total. Sehingga mendongkrak popularitas dan kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Masih banyak lagi capaian yang didapatkan oleh Belitung sehingga pemerintah pusat mencanangkan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang, dengan Zona Pariwisata dengan kegiatan utama di sektor pariwisata. Beberapa capaian tersebut meningkatkan kesadaran pemerintahan Belitung dan masyarakat Belitung untuk mengembangkan pariwisatanya. Tapi apakah sudah siap?
Sebagai pintu utama Pulau Belitung, Kabupaten Belitung menjadi gardu terdepan pariwisata. Kesiapan komponen pariwisata yang dikenal dengan 3A yaitu atraksi, akomodasi dan amenitas menjadi hal utama yang perlu dikembangkan. Namun hal ini nyatanya sudah sangat tertata, beberapa hotel baik chain lokal ataupun internasional sudah menjajakan keberadaannya di pulau ini. Travel agent dan tour operator pun sudah siap menyambut berbagai tamu yang datang untuk berkunjung. Penyediaan makanan dan minuman sudah cukup tersedia, bahkan tak kalah dengan beberapa kota di daerah ibu kota yang sedang hive dengan budaya kedai kopi yang menyajikan kopi kekinian, daerah ini pun sudah memiliki kedai-kedai kopi yang beroperasi setiap harinya baik di pusat kota ataupun di pinggiran pantai. Adanya budaya ini, menemani budaya kopi manggar yang sudah ada dari sejak dulu yang mengangkat daerah ini menjadi kota seribu kedai kopi. Warung Kopi Ake, Kopi Kong Djie dan beberapa kopi legendaris di Belitung tak kalah saing dengan kopi-kopi kekinian. Beranjak dari kedai kopi, beberapa gerai oleh-oleh pun sudah tersedia disini. Namun apa yang perlu diperhatikan, apabila hal ini sudah terpenuhi?
Dua ribu Sembilan belas merupakan tahun dimana semua sudah terkoneksi dengan apa yang disebut “Internet” dan tergabung dalam beberapa “teknologi” yang dikenal dengan revolusi industi 4.0. Internet dan Teknologi merupakan kedua hal penting yang digunakan pada berbagai kehidupan manusia, khususnya pada kegiatan pariwisata, saat ini beberapa wisatawan mengabadikan momen mereka selama berwisata dalam sebuah fitur yang dikenal dengan media sosial yang terdiri dari Instagram, Twitter. Facebook, dan Youtube karena selain menyimpannya mereka bisa membagikan momen didalamnya. Pada industry pariwisata internet dan penggunaan teknologi dapat diimplementasikan pada empat pilar pariwisata, yaitu pada pengimplementasian pengembangan pariwisata, pemasaran pariwisata, kelembagaan pariwisata dan industry pariwisata itu sendiri. Hal ini yang mendorong masyarakat untuk berlomba-lomba membuka industri pariwisata menggunakan teknologi. Adanya isu ini meningkatkan semangat pemerintahan Kabupaten Belitung untuk meningkatkan pariwisata yang diiringi dengan peningkatan melalui digitalisasi.
Inisiasi ini dilakukan Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung dengan mengadakan Forum Koordinasi Pelaku Industri Pariwisata dengan tujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia di Kabupaten Belitung yang lebih aware mengenai kesiapan mereka dalam menghadapi revolusi industri ini. Kegiatan ini dilakukan pada Selasa, 01 Oktober 2019 yang bertempat di Hotel Max One Tanjungpandan. Kegiatan ini menghadirkan beberapa narasumber dari beberapa praktisi. Wanderlust Indonesia berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan forum ini untuk menyampaikan pentingnya digital marketing pada keberlanjutan industri pariwisata. Wakil Bupati Belitung, Bapak Isyak Meirobie, S.Sn, M.Si. membuka acara ini dengan beberapa point penting yang mengajak para pelaku industri pariwisata untuk memulai usaha pariwisata yang tidak merujuk kepada konsep yang hanya “HITS & RUN”tetapi lebih mengedepankan konsep “SUSTAINABLE TOURISM”, yang dapat diterapkan dengan kreativitas yang tinggi untuk berani berevolusi. Wakil Bupati memiliki pandangan bahwa Belitung tidak hanya bisa bergantung pada pantai dan batu granitnya namun terdapat potensi lain yang dapat dikembangkan yaitu ECOTOURISM.
Kesadaran akan adanya potensi dan peluang dari lanskap alam, budaya dan ekonomi kreatif di kawasan Belitung yang telah didukung baik oleh pemerintah daerah ataupun pusat serta beberapa capaian baik lokal maupun internasional meningkatkan semangat para pelaku industri pariwisata untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan mengabaikan revolusi industri 4.0. Kedepannya kesadaran, pemahaman dan semangat ini jangan hanya semata-mata untuk meningkatkan pendapatan saja, namun sebagai sesame pelaku industri pariwisata, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan sama halnya dengan point yang disampaikan oleh Wakil Bupati Belitung bahwa pariwisata itu harus sustain, sustain ini tidak hanya dilihat dari perekonomian yang berjalan terus menerus, karena tanpa kesadaran untuk menjaga lingkungan alam sekitar, serta tatanan sosial dan budaya di Belitung, maka keberlanjutan tersebut akan sia-sia. Kesiapan suatu destinasi tidak dilihat hanya dari seberapa jumlah wisatawan yang datang, berapa banyak pengeluaran wisatawan selama berwisata, seberapa banyak pendapatan yang didapat oleh industri dari kegiatan tersebut. Karena pada dasarnya angka itu akan mudah didapat dengan pemanfaatan peluang dan kesempatan yang ada pada saat ini. Namun yang sulit adalah menjaga kesadaran akan pentingnya untuk melestarikan alam dan tatanan sosial budaya yang sebenarnya merupakan penarik wisatawan datang.
Secanggih apapun teknologi yang digunakan, secepat apapun internet yang disediakan. Jika tidak diimbangi dengan hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, itu akan berpengaruh sangat besar, tidak saat ini, tidak besok, dan tidak tahu kapan. Tapi saat itu menumpuk dan membuat resah warga atau wisatawan, maka kecanggihan teknologi dan kecepatan internet sangat akan membantu dalam mematikan destinasi pariwisata tersebut.