Hai Wanderers! Tahukah kamu ternyata pulau paling selatan di Indonesia adalah Kepulauan Rote, tepatnya ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia. Kepulauan Rote ini terkenal dengan budidaya Lontar. Apa itu Lontar? Lontar atau dalam bahasa Jawa biasa disebut daun siwalan yang biasa digunakan untuk bahan naskah ataupun kerajinan.
Nah, di Kepulauan Rote ini lontar tak hanya menjadi bahan naskah ataupun kerajinan, namun lontar ini sangat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Kepulauan Rote. Bagi warga masyarakat Rote, lontar seperti pohon kehidupan karena nyaris tak ada bagian dari pohon-pohon yang tumbuh liar itu terbuang, bisa dibilang kebutuhan pangan, papan, dan sandang terpenuhi asalkan ada lontar. Penasaran apa saja keunikan dari lontar ini?
Seperti halnya di pulau jawa belum makan jika bukan nasi, sama halnya di Kepulauan Rote gula air hasil fermentasi dari nira lontar yang diolah hingga kental seperti sirup ini bisa menjadi makanan pokok Kepulauan Rote. Karena sejak lahir orang Rote sebelum diberi susu, diberi gula air hasil lontar. Tak hanya itu, gula air ini bisa menjadi “tua batu” atau yang biasa kita kenal dengan gula yang berbentuk Kristal seperti gula pasir serta bisa dibuat menjadi gula lempeng seperti gula jawa di pasar tradisional namun lebih kecil dan tipis.
Selain itu, batang lontar juga biasa dimanfaatkan menjadi bahan bangunan dan terbukti bertahan hingga puluhan tahun. Banyak rumah warga di Kepulauan Rote ini disebut Rumah Daun karena terbuat dari lontar, mulai dari atap hingga pagar terbuat dari lontar.
Adapun daun lontar dimanfaatkan oleh masyarakat Rote menjadi anyaman dan kerajinan seperti Topi Ti’I Langga. Topi Ti’I Langga ini menjadi simbol kebesaran bagi laki-laki di Kepulauan Rote, karena Topi Ti’I Langga ini melambangkan jiwa kepemimpinan, kewibawaan dan percaya diri. Pada awalnya Topi Ti’I Lingga ini hanya digunakan oleh para petinggi yang ada di Rote, namun saat ini Topi Ti’I Lingga menjadi pelengkap untuk pakaian tradisional laki-laki di Kepulauan Rote.
Begitu pula Sasando alat musik tradisional Kepulauan Rote yang terbuat dari daun lontar ini sudah mendunia. Sasando mirip dengan alat music dawal yang dimainkan dengan dipetik seperti gitar, biola, kecapi ataupun harpa.
Masyarakat Rote juga mengolah lontar menjadi sopi. Sopi merupakan minuman keras atau tuak khas Rote yang dalam bahasa Rote disebut Ala atau Ara. Namun penggunaan sopi semakin dibatasi karena mencegah dampak buruk minuman beralkohol, sehingga sopi hanya dihidangkan pada saat acara-acara adat Kepulauan Rote. Nah, melihat perkembangan zaman saat ini sopi juga banyak diolah menjadi alkohol medis loh.
Tak lupa dengan buahnya, buah Lontar juga dapat dimanfaatkan. Seperti biji lontar yang lunak dapat dijadikan bahan campuran es dawet. Caranya biji lontar tersebut dipotong kotak-kotak kecil lalu dicampurkan kedalam adonan es dawet pada umumnya.
Tak hanya itu, daging buahnya juga dapat langsung dimakan dan cairan kekuningan yang diambil dari buah lontar dapat dijadikan campuran ku-kue ataupun selai. Nah Wanderers, keren kan? Maka dari itu pohon ini bisa dibilang pohon kehidupan pulau selatan Indonesia. Karena kebanyakan masayarakat Kepulauan Rote sangat bergantung dari pohon lontar ini.
Ibarat kata tak ada padi, lontar pun jadi. Walaupun manfaat dari pohon rotan ini cukup tinggi, namun ternyata pohon lontar ini merupakan tanaman liar dan pemanfaatan yang digunakan oleh masyarakat Kepulauan Rote masih terbilang tradisional. Sehingga lontar tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia dan tidak perlu dirawat.
Selain dari pohon lontar ini, Kepulauan Rote juga memiliki pantai yang tak kalah indah dari pantai-pantai di Indonesia pada umumnya. Mau tau pantai apa? Atau tertarik dengan cerita unik lainnya? Cuss langsung cek website dan IG kita ya 🙂 See you Wanderers !!!