Pesona keindahan di Pulau Komodo sudah tidak diragukan lagi. Hamparan laut biru dilengkapi lanskap perbukitan hijau membuat Pulau Komodo sangat diminati oleh para wisatawan. Ditambah, keberadaan Komodo yang merupakan hewan purba satu – satunya di dunia membuat Pulau Komodo semakin terkenal.
Tetapi ternyata, Pulau Komodo tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi Komodo saja, melainkan juga tempat tinggal bagi sejumlah penduduk Kampung Komodo.
Seperti yang diketahui pada umumnya, komodo merupakan hewan yang buas dan berbahaya. Namun, para Penduduk Komodo ini tinggal berbaur dengan komodo. Masyarakat lokal percaya bahwa manusia dan komodo berasal dari satu keturunan. Dalam keyakinan mereka, komodo berasal dari rahim manusia.
Kampung Komodo terletak di Pulau Komodo dan sudah memiliki sejarah selama 2000 tahun. Namun, penduduk Kampung Komodo bukan merupakan penduduk asli disana. Suku asli Komodo telah punah, terakhir penduduk asli yang ada adalah pada tahun 1980.
Uniknya adalah, mereka memiliki bahasa sendiri yaitu Bahasa Komodo yang digunakan menjadi bahasa sehari – hari. Bahasa ini terkadang mereka gunakan ketika berpapasan dengan komodo di jalan, untuk menegur mereka agar menjauh.
Sudah bertahun – tahun para penduduk Kampung Komodo hidup berdampingan dengan komodo. Komodo memang lebih sering ditemukan di tengah hutan yang jauh dari manusia, namun sesekali ditemukan komodo di tengah permukiman warga. Untuk menghindari komodo masuk ke dalam rumah, mereka pun membangun rumah panggung.
Mata pencaharian penduduk Kampung Komodo adalah nelayan laut. Namun, sebenarnya sebelum dijadikan Taman Nasional, mata pencaharian mereka adalah berburu dan meramu. Perubahan mata pencaharian ini cukup menjadi cobaan tersendiri bagi perekonomian mereka, karena dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pariwisata. Sebagian dari penduduk pun diarahkan untuk membuat kerajinan berupa souvenir patung komodo. Keberadaan Kampung Komodo ini memberikan kisah berbeda dari keindahan Pulau Komodo yang dikenal oleh masyarakat luas.
(Byanmara)